Rabu, 17 Desember 2014

METODE PEMBELAJARNA ROLE PLAYING


1 Definisi Metode Pembelajaran Role Playing

              Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipergunakan guru dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.
           Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.  Sebagai sebuah cara dan alat, maka akan sangat tergantung kepada keterampilan pemakainya serta kondisi dan keadaan yang dihadapi. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu maka, sebuah alat harus difungsikan dengan baik oleh pemakainya. Dalam hal ini guru sebagai orang yang menggunakan alat atau metode dalam mengajar harus memilih metode yang tepat dalam proses belajar mengajar, karena banyak sekali jenis-jenis metode dalam pengajaran. Salah satu metode dalam proses belajar mengajar adalah bermain peran (role playing) merupakan permainan berbasis digital berbeda dengan permainan lain yang sejenis. Sesuai dengan istilah yang digunakan, permainan ini merupakan sebuah simulasi peran, para pemain diajak untuk memerankan tokoh atau  karakter dalam setiap tema permainannya.
           Karakter dalam bermain peran (role playing) merupakan sebuah konsep yang merujuk pada cerita, dia dianggap hidup, maka proses penciptaan dan pembentukannya tidak terbatas pada kekuatan visual, ada pembentuk lain yang penting untuk dikonstruksi, meliputi identitas, eksistensi, dan realitas. Sebagai bagian dari bentuk representasi simulasi, tokoh merupakan sebuah konsep karakter yang dikonstruksi, dimanipulasi, dan direproduksi. Penggambaran kualitas perwujudannya melibatkan konsep pembentukkan kepribadian/ perwatakan (arketipe), peristiwa (narasi), ruang dan waktu (simulakrum).

2.2.1 Definisi metode bermain peran (role playing) menurut para ahli

1.      Sapriya (2007: 110) mengemukakan bahwa: “Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagaian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi berbagai peristiwa perubahan sosial budaya, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa yang akan datang”.
2.      Menurut Wahab, A. A (2009: 109) mengemukakan bahwa “Bermain peran (role palying) adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang.
3.      Ahmadi (2011: 54) Bermain Peran (role playing)  “adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa”. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang diperankan.
4.      Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah, yaitu: a) dapat menjamin poartisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil, dan b) permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa (Prasetyo, 2001:72).
5.      Gangel (1986) role playing adalah suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok.
6.      Blatner (2002), role playing adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks.

2.2.2 Macam-macam metode role playing

           Permainan peran tidak termasuk kegiatan yang mengharuskan siswa untuk mengikuti naskah. Memainkan peran siswa hadir dengan situasi terbuka bagi mereka untuk menyelesaikan. Siswa tidak akan mengikuti script, tapi akan bereaksi terhadap situasi dengan cara tanpa latihan.
           Berdasarkan persiapan awal siswa permainan peran dibagi menjadi dua   yaitu :
a.       Role play spontan tidak memerlukan persiapan awal
Dorongan seperti membaca, sebuah film terbuka atau gambar yang disajikan
b.      Role play investigasi
           Sedangkan berdasarkan jumlah peserta role play melibatkan seluruh kelas atau menjadi terbatas pada beberapa peserta yang dipilih.
           Apapun jenis Role play yang digunakan, keuntungan yang didapat adalah sebagai berikut:
  • Siswa memperoleh pengalaman dalam memahami orang lain.
  • Peningkatan motivasi dan minat siswa dapat terjadi.
  • Siswa memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan interpersonal.
  • Siswa memiliki kesempatan untuk mempraktekkan pengambilan keputusan.





2 Tujuan Dan Manfaat Metode Role Playing
           Model pembelajaran role play lebih menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model ini lebih memfokuskan pada proses negosiasi sosial. Model pembelajaran role playing memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya meningkatkan proses demokratis, didesain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber penyelidikan.
           Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
           Manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12).

3. Kelemahan Dan Kelebihan Metode Role Playing

1 Kelemahan

              Pada hakekatnya sebuah ilmu yang tercipta oleh manusia tidak ada yang sempurna, semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan. Jika kita melihat metode Role playing dalam cakupan cara dalam proses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan. Kelemahan metode role palying antara lain:
1.      Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2.      Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3.      Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4.      Apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
5.      Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

2 Kelebihan

           Menurut Hasibuan dan Moedjiono (1995:25), kelebihan dari role playing  antara lain siswa melatih dirinya untuk memahami, mengingat dan menghayati isi cerita yang harus diperankan, siswa akan terlatih berinisiatif dan berkreasi, kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik mungkin, siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama, memvisualisasikan hal-hal yang abstrak, melatih berfikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses, menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang memotivasi dan bakat yang ada pada diri siswa dapat dipupuk  sehingga memungkinkan akan muncul bibit seni drama di sekolah.
           Role playing menurut Djamarah dan Zain (2002:67) mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
1.      Siswa melatih dirinya memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahai, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
2.      Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
3.      Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
4.      Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
5.      Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggungjawab dengan sesamanya.
6.      Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain

5 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Role Playing

            Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2011) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi:
1.      Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.
Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
2.      Memilih peran
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.
3.      Menyusun tahap-tahap peran
Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.
4.      Menyiapkan pengamat
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
5.      Pemeranan
Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan.
6.      Diskusi dan evaluasi
Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.
7.      Pemeranan ulang
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.
8.      Diskusi dan evaluasi tahap dua
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.
9.      Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan
Pada tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.





Sumber:


Ningrum, Dewi Wulan. dkk. 2013. “What Makes a Market Economy Special With Role Playing Model.” Tidak Diterbitkan. Makalah. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


2 komentar: