1 Definisi Metode Pembelajaran Role Playing
Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipergunakan guru dalam
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting
dalam pengajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan
langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai
dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh
secara optimal.
Metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai sebuah cara dan alat, maka akan
sangat tergantung kepada keterampilan pemakainya serta kondisi dan keadaan yang
dihadapi. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu maka, sebuah alat harus
difungsikan dengan baik oleh pemakainya. Dalam hal ini guru sebagai orang yang
menggunakan alat atau metode dalam mengajar harus memilih metode yang tepat
dalam proses belajar mengajar, karena banyak sekali jenis-jenis metode dalam
pengajaran. Salah satu metode dalam proses belajar mengajar adalah bermain peran
(role playing) merupakan permainan berbasis digital berbeda dengan permainan
lain yang sejenis. Sesuai dengan istilah yang digunakan, permainan ini
merupakan sebuah simulasi peran, para pemain diajak untuk memerankan tokoh atau karakter dalam setiap tema permainannya.
Karakter dalam
bermain peran (role playing) merupakan sebuah konsep yang merujuk pada cerita,
dia dianggap hidup, maka proses penciptaan dan pembentukannya tidak terbatas
pada kekuatan visual, ada pembentuk lain yang penting untuk dikonstruksi,
meliputi identitas, eksistensi, dan realitas. Sebagai bagian dari bentuk
representasi simulasi, tokoh merupakan sebuah konsep karakter yang
dikonstruksi, dimanipulasi, dan direproduksi. Penggambaran kualitas
perwujudannya melibatkan konsep pembentukkan kepribadian/ perwatakan
(arketipe), peristiwa (narasi), ruang dan waktu (simulakrum).
2.2.1 Definisi metode bermain peran
(role playing) menurut para ahli
1.
Sapriya (2007:
110) mengemukakan bahwa: “Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran
sebagai bagaian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi berbagai
peristiwa perubahan sosial budaya, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual atau
kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa yang akan datang”.
2.
Menurut Wahab,
A. A (2009: 109) mengemukakan bahwa “Bermain peran (role palying) adalah
berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk
tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya
mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan
kemungkinan keadaan yang akan datang.
3.
Ahmadi (2011:
54) Bermain Peran (role playing) “adalah
suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa”. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang diperankan.
4.
Pembelajaran
dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan
imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai
tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat
siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah, yaitu: a) dapat
menjamin poartisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk
menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil, dan b) permainan
merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa (Prasetyo, 2001:72).
5.
Gangel
(1986) role playing adalah suatu metode mengajar merupakan tindakan
yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok.
6. Blatner (2002), role playing adalah sebuah metode
untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks.
2.2.2 Macam-macam metode role
playing
Permainan
peran tidak termasuk kegiatan yang mengharuskan siswa untuk mengikuti naskah.
Memainkan peran siswa hadir dengan situasi terbuka bagi mereka untuk
menyelesaikan. Siswa tidak akan mengikuti script,
tapi akan bereaksi terhadap situasi dengan cara tanpa latihan.
Berdasarkan persiapan awal siswa
permainan peran dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Role play spontan tidak memerlukan persiapan
awal
Dorongan
seperti membaca, sebuah film terbuka atau gambar yang disajikan
b. Role play investigasi
Sedangkan berdasarkan jumlah
peserta role play melibatkan seluruh
kelas atau menjadi terbatas pada beberapa peserta yang dipilih.
Apapun
jenis Role play yang digunakan,
keuntungan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Siswa memperoleh
pengalaman dalam memahami orang lain.
- Peningkatan
motivasi dan minat siswa dapat terjadi.
- Siswa memiliki
kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan interpersonal.
- Siswa memiliki
kesempatan untuk mempraktekkan pengambilan keputusan.
2 Tujuan Dan Manfaat Metode Role Playing
Model
pembelajaran role play lebih
menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model ini lebih
memfokuskan pada proses negosiasi sosial. Model pembelajaran role playing memberikan prioritas pada
peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya
peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya
meningkatkan proses demokratis, didesain untuk mengajak peserta didik dalam
menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri
dan nilai-nilai yang menjadi sumber penyelidikan.
Menurut Zuhaerini (1983:
56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menerangkan
suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan
pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena
akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar
mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih
anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman
terhadap orang lain beserta masalahnya.
Manfaat yang dapat diambil
dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa
sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang
mereka pelajari. Kedua, role playing
melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid
kesenangan karena role playing pada
dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia
kita (Bobby DePorter, 2000: 12).
3. Kelemahan
Dan Kelebihan Metode Role Playing
1 Kelemahan
Pada hakekatnya
sebuah ilmu yang tercipta oleh manusia tidak ada yang sempurna, semua ilmu ada
kelebihan dan kekurangan. Jika kita melihat metode Role playing dalam cakupan cara dalam proses mengajar dan belajar
dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1.
Metode bermain peranan memelrukan waktu
yang relatif panjang/banyak.
2.
Memerlukan kreativitas dan daya kreasi
yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3.
Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai
pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4.
Apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja
dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran
tidak tercapai.
5.
Tidak semua materi pelajaran dapat
disajikan melalui metode ini.
2 Kelebihan
Menurut Hasibuan dan Moedjiono
(1995:25), kelebihan dari role playing antara lain siswa melatih dirinya untuk memahami,
mengingat dan menghayati isi cerita yang harus diperankan, siswa akan terlatih
berinisiatif dan berkreasi, kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan
dibina sebaik mungkin, siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab dengan sesama, memvisualisasikan hal-hal yang abstrak, melatih
berfikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses, menimbulkan respon
positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang memotivasi dan bakat
yang ada pada diri siswa dapat dipupuk
sehingga memungkinkan akan muncul bibit seni drama di sekolah.
Role playing menurut
Djamarah dan Zain (2002:67) mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
1.
Siswa melatih dirinya memahami dan mengingat isi bahan yang akan
diperankan. Sebagai pemain harus memahai, menghayati isi cerita secara
keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian
daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
2.
Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain
peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu
yang tersedia.
3.
Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan
muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
4.
Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
5.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggungjawab dengan
sesamanya.
6.
Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah
dipahami orang lain
5 Langkah-Langkah
Metode Pembelajaran Role Playing
Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2011) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi:
1.
Menghangatkan
suasana dan memotivasi peserta didik.
Menghangatkan
suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah
pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan
mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.
Tahap ini lebih
banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah
karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan
keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat
dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
2.
Memilih peran
Memilih peran
dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai
watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa
yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan
secara sukarela untuk menjadi pemeran.
3.
Menyusun
tahap-tahap peran
Menyusun
tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan
yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para
peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.
4.
Menyiapkan
pengamat
Menyiapkan
pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam
cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan
menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
5.
Pemeranan
Pada tahap ini
para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran
masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa
cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada
kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari
telah mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan
bermain peran dihentikan.
6.
Diskusi dan
evaluasi
Diskusi akan
mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran,
baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah
pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.
7.
Pemeranan ulang
Pemeranan ulang,
dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan.
Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan
adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran
akan mempengaruhi peran lainnya.
8.
Diskusi dan
evaluasi tahap dua
Diskusi dan
evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap
enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan
masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.
9.
Membagi
pengalaman dan mengambil kesimpulan
Pada
tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam
berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman
peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.
Sumber:
.2011. Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Role Playing Atau Bermain Peran.https://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/langkah-langkah-model-pembelajaran-role-playing-atau-bermain-peran/. [4 november 2014].
Ningrum, Dewi Wulan. dkk. 2013. “What
Makes a Market Economy Special With
Role Playing Model.” Tidak
Diterbitkan. Makalah. Bandung: Sekolah
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sholihin, Ibnu Ubaydillah. 2013. Kajian Teori:
Hakikat Metode Pembelajaran Role Playing.http://rujukanskripsi.blogspot.com/2013/06/kajian-teori-hakikat-metode.html. [4 November 2014].
terima kasih banyak atas edukasinya
BalasHapusIT'S VERY USEFUL
BalasHapus