Selasa, 16 Desember 2014

KAPITALISME

Kapitalisme menurut sejarahnya berkembang sebagai satu bagian dari gerak besar Indovidualisme rasional. Dalam sistem kapitalis, hak milik atas alat-alat produksi(tanah, pabrik-pabrik, mesin-mesin, sumber-sumber alam) ada di tangan orang perseorangan, tidak ditangan Negara. Hal ini tidak menghalangi dipegangnya hak-hak monopoli biasa dan urusan departemen-departemen umum yang pokok oleh pemerintah (kantor pos, senjata-senjata atom). Tetapi hal seperti  ini lebih dianggap sebagai pengecualian daripada suatu ketentuan. Kecenderungan peradaban kapitalis lebih menyukai pemilikan perseorangan atas alat-alat produksi di dasarkan atas dua hal pertimbangan. Pertama, kepemilikan atas harta produktif berarti kekuasaan atas kehidupan orang lain. Lebih disukai kalau kekuasaan semacan itu dipecah diantara banyak kepemilikan harta daripada dipegang oleh satu pemlik , yaitu Negara. Kedua, anggapan cara berfikir kapitalis bahwa kemajuan di bidang teknologi akan lebih mudah dicapai apabila setiap orang mengurus urusannya sendiri dan mempunyai dorongan pribadi untuk berbuat demkian. Prinsip kedua dari sistem kapitalis adalah prinsip ekonomi pasar.
             Di zaman pra kapitalis, ekonomi pada umumnya bersifat local dan mencukupi diri sendiri. Setiap keluarga menghasilkan hanya   sekira-kiranya yang diperlukannya  dan menambah kebutuhan-kebutuhannya yang mudah dengan jalan barter atau pertukaran barangdi pasar stempat yang primitive. Pembagian pekerjaan hampir tidak dikenal. Setiap keluarga terpaksa melakukan berbagai macam pekerjaan yang dewasa ini disebar di antara ratusan kerajinan dan keahlian yang bermacam-macam.  Selain itu jenis pekerjaan seseorang dan harga yang dapat dimintanya untuk barang-barang dan jasa-jasanya sebagian besar di tentukan oleh adat dan kebiasaan. Sebaliknya ekonomi pasar sistem kapitalis didasarkan atas spesialisasi pekerjaan. Setiap orang hanya menyediakan bagian yang sangat kecil dari keperluan-keperluannya dengan kecakapan dan pekerjaannya sendiri. Produksi dan jasa-jasa tidak dimaksudkan untuk rumah tangga  penghasil sendiri, tetapi untuk pasar.
             Harga pasar tidak ditentukan oleh adat dan kebiasaan, dan juga oleh perintah-perintah seseorang penguasa politik. Fungsi ini dipenuhi oleh suplai dan permintaan. Apabila harga-harga tinggi maka pasar memberikan tanda bahwa penyediaan banrang-barang atau jasa-jasa tertentu akan sangat menguntungkan. Apabila harga-harga rendah, pasar seakan-akan berkata “coba peruntunganmu di lapangan lain.
            Dalam ekonomi pasar kapitalisme, setiap pembuat keputusan memperhatikan daerah yang jauh lebih kecil. Dan luasnya jangkauan perhatian dan pengawasannya lebih terbatas dan bisa lebih diatur. Ekonomi pasar adalah tulang punggung bagi semua sistem ekonomi. Ahli-ahli ekonomi sosialis akhirnya telah mengakui implikasi-implikasi politik luar biasa yang ditimbulkan oleh pasar ekonomi. W . Arthur Lewis, seorang ahli inggris,menyelidiki persoalan ini dalam sebuah buku yang  ditulis untuk Fabian society, The principles of economic plaining (1949). Sebagai seorang sosial Lewis tidak menyetujui dengan konsep-konsep Laissez-faire yang kuno (seperti halnya dengan kebanyakan ahli ekonomi non sosialis era 1060-an). Persoalan yan sebenarnya menurut Lewis bukanlah diantara perencanaan dan tidak ada perencanaan, tetapi di antara perencaan dengan bimbingan dan perencanaan dengan anjuran. Lewis berpendapat bahwa tujuan kita seharusnya adalah mempertahankan pasar-pasar bebas sedapat mungkin. Tidak kurang pentingnya juga dalam penerimaan prinsip ekonomi pasar Lewis terpaksa mengambil kesimpulan bahwa nasionalisasi semua industry tidak diinginkan berhubungan dengan alas an-alasan yang biasa untuk menentang monopoli dan pemusatan kekuasaan. Jadi fungsi bertambah diakui oleh kaum sosialis dan secara berangsur-angsur mulai jelas bagi mereka bahwa soal hak-hak milik kurang penting. Jika diangdingka dengan persoalan apakah disatu pihak keptusan-keputusan ekonomi dibuat oleh individu-individu yang bebas merdeka, badan-badan hukum, atau oleh Negara di pihak lain. Perbedaan antara ekonomi pemerintah dan ekonomi pasar dengan  demikian mempecerminkan di bidang ekonomi perbedaan pooitik yang lebih pokok diantara sisten totaliter(fasisme dan komunisme). Dan liberalisme ( sosialis dan kapitalis). 
            Kemerdekaan-kemerdekan khusus yang paling penting dari ekonomi pasar bebas adalah sebagai berikut : bagi pekerja, untuk memilih garis pekerjaannya dan pekerjaan tergantung dari dirinya sendiri. Bagi pengusaha, untuk memilih jenis usaha yang akan dilakukannya dan mendirikan usaha itu di tempat yang dikehendakinya, bagi penanam modal, untuk menanam modalnya dalam perusahaan apapun yang dipilihnya, akhirnya bagi konsumen, untuk membeli barang roduksi yang lebih disukainya. Pada akhirnya kesukaan konsumenlah yang menentukan dipasar bebas apa yang dihasilkan, bagaimana kualitas, dan berapa jumlahnya.
            Cirri penting lainya bagi ekonomi kapitalis adalah persaingan. Dalam ekonomi pra kapitalis, adat dan kebiasaan yang menentukan harga barang-barang dan jasa-jasa. Banyak orang tidak dapat bersaing sama sekali karena mereka dikecualikan dalam pekerjaan tertentu. Dalam ekonomi kapitalis, setiap orang bebas memilih pekerjaan apa yang disukainya (memerdekaan untuk memiliki pekerjaan). Tidak boleh ada pembatasan atau pengecualiaan (seperti atas dasar sentiment rasial atau agama) yang dibuat oleh setiap macam pekerjaan atau keahlian. Pasar kapitalis juga menyediakan tempat untuk barang-barang dan jasa-jasa yang ditawarkan untuk dijual. sedang jumlah dan mutunya diatur denga jalan persaningan bebas. Anggapan pokok dalam ekonomi kapitalis klasik ialah ada pertimbangan yang relative antara kesanggupan tawar-menawar dikalangan dan diantara para pembeli dan penjual.
            Kebebasan untuk mengadak persingan di pasar berasal dari empat kebebasan kapitalis yang pokok: kebebasan untuk berdagang dan mempunyai pekerjaan, kebebasan untuk mengaakan kontrak, kebebasan hak milik, dan kebebasan untuk membuat untung. Apabila salah satu dari empat kebebasan ini dibatasi, maka berkuranglah persaingan bebas. Pilihan lain dari persaingan adalah (a) monopoli perseorangan atau (b) Negara yang serba kuasa. Dalam kedua hal, penetapan harga barang-barang dan jasa-jasa yang semau-maunya oleh sesuatu kekuasaan de facto (seperti halnya dengan Negara) akan menggantikan pengaruh timbal balik antara para pembeli dan penjual secara bebas, menurut keinginan mereka sendiri. Sebabnya persaingan secara ekonomis dapat dibenarkan karena cara ini mengharuskan setiap orang pekerja, pengusaha, penanam modal siap senangtiasa waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Senantiasa berusaha mencari jalan untuk menambah efiseinsi sehingga bisa diperbaiki kemungkinan-kemungkinan baginya di pasar. Dengan menambah efisiensinya sendiri, pekerja atau pengusaha perseorangan dengan sendirinya menurut perbandingan juga menambah efisiensi dan produktifitas pasar keseluruhannya. Dorongan yang tetap ada untuk menandingi, dan jika kemungkinan untuk mengatasi saingan-saingan akan menghasilkan barang-barang yang lebih baik, harga-harga yang lebih rendah, pemberian-pemberian jasa yang lebih baik, dan pada akhirnya tingkat hidup yang lebih tinggi bagi semua.
            Di bidang industry, penelitian dan pengembangan (litbang) telah menjadi salah satu dari lapangan-lapangan untuk bersaing dengan gesit. Penelitian hari ini mungkin berarti menjual barang-barang produksi yang lebih murah harganya dan lebih baik mutunya keesokan harinya. Prinsip keuntungan adalah prinsip pokok lain yang merupakan cirri dari sistem kapitalis. Hingga saat ini tidak seorangpun ahli sejarah yang dapat membuktikan bahwa sebulum kapitalisme tidak ada prinsip keuntungan. Ekonomi kapitalis memberikan lebih banyak kesempatan untuk mencari keuntungan dari sistem-sistem ekonomi lainnya. Karena ada jaminan 3 macam kebebasan yang biasanya tidak terdapat dalam sistem-sistem pra kapitalis: kebebasan untuk berdagang dan mmepunyai pekerjaan, kebebasan hak milik, dan kebebasan mengadakan kontrak. Rupanya, ditempat-tempat yang ada institusi perbudakan, orang-orang yang diperbudak tidak dapat ikut serta dalam sistem mencari keuntungan. Nasib ekonomi mereka ditentukan oleh kedudukan sosial mereka. Karena tidak mempunyai salah satu dari ketiga kebebasan pokok yang lainnya di bidang ekonomi, mereka tidak dapat memasuki sistem keuntungan. Pada abad pertengahan, barang-barang produksi dibuat oleh serikat kerja dan dijual dengan harga-harga yang telah ditentukan. Sistem keuntungan dengan demikian dibatasi dua kali hanya untuk anggota dari serikat kerja yang dapat ikut dengan proses produksi. selanjutnya hrga-harga tidak ditentukan atas dasar kebebasan pembeli dan penjual untuk mengadakan kontrak tapi atas dasar kekuasaan adat, greja atau Negara.
             Jadi perekembangan  sistem keuntungan dibawah  kapitalisme tidak perlu meneunjukkan bahwa dengan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mecari keuntungan, kapitalisme menjadi lebih tidak bersusila. Lebih tepat, ini menunjukkan bahwa kapitalisme lebih demokrtis sifatnya dalam membuka kesempatan-kesempatan keuntungan bagi orang-orang dan kelas-kelas yang secara tradisional dimarjinalkan. Konsep keuntungan tentunya tidak terbatas pada pengusaha. Seorang pekerja yang mengambil pekerjaan di suatu tempat yang diinginkannya misalnya dapat mencapai keuntungan yang tidak akan dapat diharapkannya dalam suatu masyarakat pra-kapitalis.
            Setiap kali sistem kapitalis di lukiskan sebagai suatu sistem mencari keuntungan sering dilupakan bahwa keadaan sebaliknya juga sama-sama penting. Kapitalisme juga stu sistem merugi. Mekipun benar kalau dikatakan bahwa tidak pernah sekian banyak orang membuat sekian banyak keuntungan seperti dibawah kapitalisme. Adalah juga benar bahwa tidak ada sistem lain dari kapitalisme yang menyebabkan sekian orang mengalami kerugian sekian banyak. Kesempatan-kesempatan untuk untung dan merugi dalam kapitalisme yang tidak ada bandingannya mempunyai persamaan dalam satu hal: pengambilan resiko untuk diri sendiri. Kapitalisme tidak menyuruh seseorang pun untuk mengambil resiko. Hanya menjanjikan keuntungan bagi orang yang bersedia dalam mengambil resiko.  Dengan semangat untuk mengambil resiko yang lemah, orang lebih suka menanam modalnya secara lebih aman dalam obligasi-obligasi dengan hasil yang terjamin (dan lebih rendah). Dengan semangat untuk mengambilresiko yang kuat, orang lebih suka menanam modal dalam saham-saham biasa maskapai-maskapi yang biasanya memberikan hasil 50 sampai 100 persen lebih tinggi dari obligasi-obligasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar