Kapitalisme menurut sejarahnya
berkembang sebagai satu bagian dari gerak besar Indovidualisme rasional. Dalam
sistem kapitalis, hak milik atas alat-alat produksi(tanah, pabrik-pabrik,
mesin-mesin, sumber-sumber alam) ada di tangan orang perseorangan, tidak
ditangan Negara. Hal ini tidak menghalangi dipegangnya hak-hak monopoli biasa
dan urusan departemen-departemen umum yang pokok oleh pemerintah (kantor pos,
senjata-senjata atom). Tetapi hal seperti
ini lebih dianggap sebagai pengecualian daripada suatu ketentuan.
Kecenderungan peradaban kapitalis lebih menyukai pemilikan perseorangan atas
alat-alat produksi di dasarkan atas dua hal pertimbangan. Pertama, kepemilikan
atas harta produktif berarti kekuasaan atas kehidupan orang lain. Lebih disukai
kalau kekuasaan semacan itu dipecah diantara banyak kepemilikan harta daripada
dipegang oleh satu pemlik , yaitu Negara. Kedua, anggapan cara berfikir
kapitalis bahwa kemajuan di bidang teknologi akan lebih mudah dicapai apabila
setiap orang mengurus urusannya sendiri dan mempunyai dorongan pribadi untuk
berbuat demkian. Prinsip kedua dari sistem kapitalis adalah prinsip ekonomi
pasar.
Di zaman pra kapitalis, ekonomi pada umumnya
bersifat local dan mencukupi diri sendiri. Setiap keluarga menghasilkan
hanya sekira-kiranya yang diperlukannya dan menambah kebutuhan-kebutuhannya yang
mudah dengan jalan barter atau pertukaran barangdi pasar stempat yang
primitive. Pembagian pekerjaan hampir tidak dikenal. Setiap keluarga terpaksa
melakukan berbagai macam pekerjaan yang dewasa ini disebar di antara ratusan
kerajinan dan keahlian yang bermacam-macam.
Selain itu jenis pekerjaan seseorang dan harga yang dapat dimintanya
untuk barang-barang dan jasa-jasanya sebagian besar di tentukan oleh adat dan
kebiasaan. Sebaliknya ekonomi pasar sistem kapitalis didasarkan atas spesialisasi
pekerjaan. Setiap orang hanya menyediakan bagian yang sangat kecil dari
keperluan-keperluannya dengan kecakapan dan pekerjaannya sendiri. Produksi dan
jasa-jasa tidak dimaksudkan untuk rumah tangga
penghasil sendiri, tetapi untuk pasar.
Harga pasar tidak ditentukan oleh adat dan
kebiasaan, dan juga oleh perintah-perintah seseorang penguasa politik. Fungsi
ini dipenuhi oleh suplai dan permintaan. Apabila harga-harga tinggi maka pasar
memberikan tanda bahwa penyediaan banrang-barang atau jasa-jasa tertentu akan
sangat menguntungkan. Apabila harga-harga rendah, pasar seakan-akan berkata
“coba peruntunganmu di lapangan lain.
Dalam
ekonomi pasar kapitalisme, setiap pembuat keputusan memperhatikan daerah yang
jauh lebih kecil. Dan luasnya jangkauan perhatian dan pengawasannya lebih
terbatas dan bisa lebih diatur. Ekonomi pasar adalah tulang punggung bagi semua
sistem ekonomi. Ahli-ahli ekonomi sosialis akhirnya telah mengakui
implikasi-implikasi politik luar biasa yang ditimbulkan oleh pasar ekonomi. W .
Arthur Lewis, seorang ahli inggris,menyelidiki persoalan ini dalam sebuah buku
yang ditulis untuk Fabian society, The
principles of economic plaining (1949). Sebagai seorang sosial Lewis tidak
menyetujui dengan konsep-konsep Laissez-faire yang kuno (seperti halnya dengan
kebanyakan ahli ekonomi non sosialis era 1060-an). Persoalan yan sebenarnya
menurut Lewis bukanlah diantara perencanaan dan tidak ada perencanaan, tetapi
di antara perencaan dengan bimbingan dan perencanaan dengan anjuran. Lewis berpendapat
bahwa tujuan kita seharusnya adalah mempertahankan pasar-pasar bebas sedapat
mungkin. Tidak kurang pentingnya juga dalam penerimaan prinsip ekonomi pasar
Lewis terpaksa mengambil kesimpulan bahwa nasionalisasi semua industry tidak
diinginkan berhubungan dengan alas an-alasan yang biasa untuk menentang
monopoli dan pemusatan kekuasaan. Jadi fungsi bertambah diakui oleh kaum
sosialis dan secara berangsur-angsur mulai jelas bagi mereka bahwa soal hak-hak
milik kurang penting. Jika diangdingka dengan persoalan apakah disatu pihak
keptusan-keputusan ekonomi dibuat oleh individu-individu yang bebas merdeka,
badan-badan hukum, atau oleh Negara di pihak lain. Perbedaan antara ekonomi
pemerintah dan ekonomi pasar dengan demikian
mempecerminkan di bidang ekonomi perbedaan pooitik yang lebih pokok diantara
sisten totaliter(fasisme dan komunisme). Dan liberalisme ( sosialis dan
kapitalis).
Kemerdekaan-kemerdekan
khusus yang paling penting dari ekonomi pasar bebas adalah sebagai berikut :
bagi pekerja, untuk memilih garis pekerjaannya dan pekerjaan tergantung dari
dirinya sendiri. Bagi pengusaha, untuk memilih jenis usaha yang akan
dilakukannya dan mendirikan usaha itu di tempat yang dikehendakinya, bagi
penanam modal, untuk menanam modalnya dalam perusahaan apapun yang dipilihnya,
akhirnya bagi konsumen, untuk membeli barang roduksi yang lebih disukainya.
Pada akhirnya kesukaan konsumenlah yang menentukan dipasar bebas apa yang
dihasilkan, bagaimana kualitas, dan berapa jumlahnya.
Cirri
penting lainya bagi ekonomi kapitalis adalah persaingan. Dalam ekonomi pra
kapitalis, adat dan kebiasaan yang menentukan harga barang-barang dan
jasa-jasa. Banyak orang tidak dapat bersaing sama sekali karena mereka
dikecualikan dalam pekerjaan tertentu. Dalam ekonomi kapitalis, setiap orang
bebas memilih pekerjaan apa yang disukainya (memerdekaan untuk memiliki
pekerjaan). Tidak boleh ada pembatasan atau pengecualiaan (seperti atas dasar
sentiment rasial atau agama) yang dibuat oleh setiap macam pekerjaan atau
keahlian. Pasar kapitalis juga menyediakan tempat untuk barang-barang dan
jasa-jasa yang ditawarkan untuk dijual. sedang jumlah dan mutunya diatur denga
jalan persaningan bebas. Anggapan pokok dalam ekonomi kapitalis klasik ialah
ada pertimbangan yang relative antara kesanggupan tawar-menawar dikalangan dan
diantara para pembeli dan penjual.
Kebebasan
untuk mengadak persingan di pasar berasal dari empat kebebasan kapitalis yang
pokok: kebebasan untuk berdagang dan mempunyai pekerjaan, kebebasan untuk
mengaakan kontrak, kebebasan hak milik, dan kebebasan untuk membuat untung.
Apabila salah satu dari empat kebebasan ini dibatasi, maka berkuranglah
persaingan bebas. Pilihan lain dari persaingan adalah (a) monopoli perseorangan
atau (b) Negara yang serba kuasa. Dalam kedua hal, penetapan harga
barang-barang dan jasa-jasa yang semau-maunya oleh sesuatu kekuasaan de facto
(seperti halnya dengan Negara) akan menggantikan pengaruh timbal balik antara
para pembeli dan penjual secara bebas, menurut keinginan mereka sendiri.
Sebabnya persaingan secara ekonomis dapat dibenarkan karena cara ini
mengharuskan setiap orang pekerja, pengusaha, penanam modal siap senangtiasa
waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Senantiasa berusaha
mencari jalan untuk menambah efiseinsi sehingga bisa diperbaiki
kemungkinan-kemungkinan baginya di pasar. Dengan menambah efisiensinya sendiri,
pekerja atau pengusaha perseorangan dengan sendirinya menurut perbandingan juga
menambah efisiensi dan produktifitas pasar keseluruhannya. Dorongan yang tetap
ada untuk menandingi, dan jika kemungkinan untuk mengatasi saingan-saingan akan
menghasilkan barang-barang yang lebih baik, harga-harga yang lebih rendah,
pemberian-pemberian jasa yang lebih baik, dan pada akhirnya tingkat hidup yang
lebih tinggi bagi semua.
Di
bidang industry, penelitian dan pengembangan (litbang) telah menjadi salah satu
dari lapangan-lapangan untuk bersaing dengan gesit. Penelitian hari ini mungkin
berarti menjual barang-barang produksi yang lebih murah harganya dan lebih baik
mutunya keesokan harinya. Prinsip keuntungan adalah prinsip pokok lain yang
merupakan cirri dari sistem kapitalis. Hingga saat ini tidak seorangpun ahli
sejarah yang dapat membuktikan bahwa sebulum kapitalisme tidak ada prinsip
keuntungan. Ekonomi kapitalis memberikan lebih banyak kesempatan untuk mencari
keuntungan dari sistem-sistem ekonomi lainnya. Karena ada jaminan 3 macam
kebebasan yang biasanya tidak terdapat dalam sistem-sistem pra kapitalis:
kebebasan untuk berdagang dan mmepunyai pekerjaan, kebebasan hak milik, dan
kebebasan mengadakan kontrak. Rupanya, ditempat-tempat yang ada institusi
perbudakan, orang-orang yang diperbudak tidak dapat ikut serta dalam sistem
mencari keuntungan. Nasib ekonomi mereka ditentukan oleh kedudukan sosial
mereka. Karena tidak mempunyai salah satu dari ketiga kebebasan pokok yang
lainnya di bidang ekonomi, mereka tidak dapat memasuki sistem keuntungan. Pada
abad pertengahan, barang-barang produksi dibuat oleh serikat kerja dan dijual
dengan harga-harga yang telah ditentukan. Sistem keuntungan dengan demikian
dibatasi dua kali hanya untuk anggota dari serikat kerja yang dapat ikut dengan
proses produksi. selanjutnya hrga-harga tidak ditentukan atas dasar kebebasan
pembeli dan penjual untuk mengadakan kontrak tapi atas dasar kekuasaan adat,
greja atau Negara.
Jadi perekembangan sistem keuntungan dibawah kapitalisme tidak perlu meneunjukkan bahwa
dengan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mecari keuntungan,
kapitalisme menjadi lebih tidak bersusila. Lebih tepat, ini menunjukkan bahwa
kapitalisme lebih demokrtis sifatnya dalam membuka kesempatan-kesempatan
keuntungan bagi orang-orang dan kelas-kelas yang secara tradisional
dimarjinalkan. Konsep keuntungan tentunya tidak terbatas pada pengusaha.
Seorang pekerja yang mengambil pekerjaan di suatu tempat yang diinginkannya
misalnya dapat mencapai keuntungan yang tidak akan dapat diharapkannya dalam
suatu masyarakat pra-kapitalis.
Setiap
kali sistem kapitalis di lukiskan sebagai suatu sistem mencari keuntungan
sering dilupakan bahwa keadaan sebaliknya juga sama-sama penting. Kapitalisme
juga stu sistem merugi. Mekipun benar kalau dikatakan bahwa tidak pernah sekian
banyak orang membuat sekian banyak keuntungan seperti dibawah kapitalisme.
Adalah juga benar bahwa tidak ada sistem lain dari kapitalisme yang menyebabkan
sekian orang mengalami kerugian sekian banyak. Kesempatan-kesempatan untuk
untung dan merugi dalam kapitalisme yang tidak ada bandingannya mempunyai
persamaan dalam satu hal: pengambilan resiko untuk diri sendiri. Kapitalisme
tidak menyuruh seseorang pun untuk mengambil resiko. Hanya menjanjikan
keuntungan bagi orang yang bersedia dalam mengambil resiko. Dengan semangat untuk mengambil resiko yang
lemah, orang lebih suka menanam modalnya secara lebih aman dalam obligasi-obligasi
dengan hasil yang terjamin (dan lebih rendah). Dengan semangat untuk
mengambilresiko yang kuat, orang lebih suka menanam modal dalam saham-saham
biasa maskapai-maskapi yang biasanya memberikan hasil 50 sampai 100 persen
lebih tinggi dari obligasi-obligasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar